Senin, Mei 11, 2009

BU MENTERI KESEHATAN BERSILATURRAHIM KE MAJLIS TAFSIR AL QUR'AN SURAKARTA


Pengajian ahad pagi (Jihad Pagi) tanggal 10 Mei 2009 dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K). Beliau adalah seorang menteri yang baik, yang amanah, tidak meminta jabatan untuk menjadi menteri, maka dari itu beliau menjadi seorang menteri yang tegas dan tidak pernah takut pada siapapun tyermasuk bangsa asing.

Bu Menteri sangat konsen dalam perjuangannya di dunia kesehatan, mengangkat martabat bangsa Indonesia di mata dunia dan menegakkan kedaulatan bangsa Indonesia melalui bidang kesehatan. visinya Departemen Kesehatan yang dicanangkan beliau adalah “Membentuk Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”. Indoneisa saat ini sedang menghadapai suatu tantangan Liberalisme Kapitalisme (Neoliberalisme) di bidang kesehatan, dengan adanya pasar bebas yang sebebas - bebasnya, bahkan termasuk komersialisasi bidang kesehatan. Hal ini adalah bahaya yang dibentuk oleh sistem kolonialisme liberalisme dunia, lewat WHO nya dan beberapa negara kuat yang menunggangi WHO sebagai lahan bisnisnya. Liberalisme kapitalisme ini menjadikan bangsa yang lemah menjadi terbelit karena harus tergantung kepada negara yang kuat. Oleh karena itu beliau hendak memperjuangkan bagaimana Indonesia tidak terjebat pada liberalisme kapitalis dan tetap mengemban amanat UUD 1945 yang asli yaitu tetap berpihak kepada rakyat dan mensejahterakan rakyat melalui program - program :


  1. Merubah status RS pemerintah menjadi BLU, revitalisasi puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan.
  2. Mewujudkan pelayanan kesehatan masyarakat miskin (Jamkesmas).
  3. Insentif kepada dokter dan bidan yang bertugas di daerah terpencil, bantuan biaya pendidikan khusus dokter spesialis untuk daerah yang membutuhkan.
  4. Pemerintah meregulasi harga obat sehingga harga turun, regulasi Apotik rakyat, obat seribu, subsidi obat generik

Begitu banyak langkah jitu yang luar biasa yang telah diperbuat oleh Bu Menteri Kesehatan, dimana bangsa - bangsa lain kagum terhadap beliau karena beliau dianggap sebagai orang yang sangat berani dan lantang bicara soal konspirasi di balik kasus flu burung pada sidang WHO di hadapan 193 negara. Bahkan langkah Beliau menutup laboratorium NAMRU milik marinir Amerika Serikat menjadi Inspirasi gerakan serupa (penutupan lab NAMRU) di Cairo, Mesir.


Berkaitan dengan kasus yang sekarang heboh yaitu flu babi ( sebenarnya lebih tepat disebut H1N1 Mexican Strain) yang terjadi di Mexico, tidak menjadikan heran bagi beliau, karena hal itu mengingatkan beliau dengan peristiwa di Indonesia beberapa tahun yang lalu, dimana Indonesia dituduh sebagai negara Pandemik Flu Burung dengan kasus sakitnya 8 orang yang terjangkit flu kemudian 7 orang yang meninggal di Tanah Karo, yang mana Indonesia hampir - hampir dikucilkan dunia, karena adanya konspirasi busuk dan fitnah bahwa virus flu burung di Indonesia telah dapat menular dari satu manusia ke manusia lainnya (human to human transmition), padahal itu semua fitnah dan dusta belaka. Konspirasi bususk itu adalah untuk menciptakan isolasi yang bertujuan mematikan negara yang dikatakan pandemik tersebut sehingga ekonominya hancur dan setelah hancur banyak negara berbondong - bondong menawarkan hutang, sehingga membuat ketergantungan yang permanen terhadap negara pemberi hutang. Hal ini tentu saja meruntuhkan kedaulatan suatu bangsa. Dari hal tersebut dapat diambil pelajaran bahwa adanya konspirasi antara negara adidaya dengan organisasi global untuk melestarikan liberalisasi kapitalisme. Dengan konspirasi itu menimbulkan ketidakadilan, mengakibatkan kehancuran peradaban manusia yang bermartabat.

Kemudian ada apa dengan FLU BABI..? Akibat orang Mexico yang kena flu kemudian meninggal dunia, WHO berteriak pandemik di Mexico, sehingga dengan pernyataan WHO ini bangsa Mexico diembargo dan dikucilkan, kegiatan ekonomi lumpuh total, orang berkumpul-kumpul dilarang, bahkan orang Mexico yang bepergian ke negera lain dikejar-kejar dan ditangkap untuk diperiksa, benar-benar menjadikan dubes Mexico menangis ketika bertemu dengan Menkes. sangat mungkin apa yang terjadi di negara Mexico ini sama dengan yang terjadi di Indonesia, malahan sebenarnya virus H5N1 lebih berat karena tingkat kematiannya bisa mencapai 80 % dan terjadi di mana-mana, sementara flu babi yang heboh itu tingkat kematiannya cuman 1.9 % dan itu hanya terjadi di Mexico. Yang sangat mengherankan WHO tidak mau mengatakan ini dengan nama Flu Mexico sebagaimana flu yang terjadi di negara lain seperti Flu Vietnam, FLU Singapura, namun malah dinamakan flu BABI, padahal tidak ada hubungannya dengan babi.


Namun demikian langkah-langkah antisipasi telah dilakukan oleh departeman kesehatan ini sebagaimana yang sudah banyak diberitakan di berbagai media, diantaranya dengan memasang sensor deteksi panas tubuh di bandara-bandara international, menyiapkan obat tamiflu, menyiapkan 100 RS rujukan, menyiapkan laboratorium dan yang cukup penting adalah sosialisasi kepada masyarakat.

Semoga Bu menteri istiqomah dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar...

Semoga Allah meridloi apa yang telah dan akan dilakukan oleh menteri kita ini...

( Berita ini disitir dari www.mta-online.com)

1 komentar:

  1. memang ngga ada kerjaan ......
    mana janji bu menteri mu , H1N1 ngga bakal ada di Indonesia, bohong besar .....
    Anda seneng sama ibu2 ya....?

    BalasHapus